December 09, 2012

Indonesia:Ladang Energi Alternatif yang belum Terjamah

Tren positif permintaan energi dunia yang dilaporkan British Petroleum di pertengahan 2012 memunculkan sebuah indikasi bahwa kebutuhan energi tidak akan bisa lepas dari keberadaan manusia. Energi akan selalu dibutuhkan selama bumi masih dihuni manusia.

Energi merupakan kebutuhan pokok bagi setiap negara di dunia sekaligus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Di negara maju maupun negara berkembang, energi dibutuhkan tak hanya untuk memenuhi kebutuhan di bidang transportasi, industri, perumahan, bahkan juga di sektor pertahanan dan keamanan.

Untuk memenuhi kebutuhan energi, hampir seluruh negara di dunia masih sangat bergantung kepada energi fosil. Statistik dari Energy Information Agency menunjukkan bahwa suplai energi saat ini 95 persen diantaranya berasal dari energi fosil. Sedangkan energi alternatif yang digadang – gadang sebagai energi masa depan hanya mampu berkontribusi sekitar dari 5 persen dari total konsumsi energi dunia.

Cina misalnya, negeri dengan populasi penduduk sekitar 1.5 miliar jiwa tercatat memilki pertumbuhan konsumsi energi per tahun mencapai 70 persen tahun lalu. Di negara tirai bambu ini, minyak bumi, batu bara, dan gas tetap menjadi pilihan utama untuk menyuplai energi. Saking besarnya permintaan energi yang disebabkan oleh tingginya angka pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, Cina harus mengimpor minyak dari Timur Tengah sejak tahun 1990-an. Sebagai dampaknya, Cina dicap sebagai salah satu negara penghasil gas karbon terbesar di dunia abad ini.

Ketergantungan energi fosil tidak bisa lagi dipandang sebelah mata jika masyarakat dunia menginginkan bumitetap hijau. Selain manfaatnya yang besar, energi fosil akan selalu memunculkan dilema dan menyisakan berbagai permasalahan. Tragedi Oil Spil di Teluk Meksiko 2010 silam yang telah menghancurkan ekosistem, ribuan pohon yang ditebang di hutan hujan tropis setiap hari yang menyebabkan gundulnya hutan, dan efek rumah kaca yang mengakibatkan global warming adalah beberapa sinyal bahaya yang tidak bisa dibiarkan.

Selain itu, sudah bukan rahasia umum lagi bahwa cadangan minyak bumi, gas, dan batu bara di dunia semakin menipis. Beberapa geoscientists memperkirakan bahwa cadangan minyak bumi dan gas akan habis segera dalam kurun waktu sepuluh dekade mendatang. Sementara cadangan batu bara diprediksi mampu bertahan hingga 200 tahun mendatang.

Sebagai respons berkurangnya cadangan energi fosil, tak sedikit pula negara di dunia yang panik menghadapi situasi ini. Demi memenuhi kebutuhan energi, mereka tak segan untuk menggelontorkan ratusan juta dolar untuk megeksploitasi ladang minyak di Timur Tengah, Asia, hingga Afrika. Atas nama globalisasi dan kapitalisasi, tak sedikit yang akhirnya berujung konflik sosial, perang, hingga jatuhnya rezim pemerintahan.

Di tengah situasi dunia yang semakin memanas, ternyata masih ada negara yang mampu menyikapi situasi ini dengan dingin, Selandia Baru. Dengan komitmen kuat dan didukung oleh policy yang tepat, negeri kiwi itu mampu memunculkan sebuah harapan bahwa dunia bisa lepas dari belenggu energi fosil.

Secara geografis, letak Selandia Baru bisa dikatakan terisolasi. Namun, hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk menjadi pelopor energi alternatif dunia. Saat ini, sepertiga dari total energi yang dikonsumsi, atau sekitar 27 ribu Gigawatt hour (GWh) berasal dari energi alternatif. Diprediksi pada 2025, energi alternatif akan mampu berkontribusi sekitar 90 persen dari seluruh permintaan energi Selandia Baru.

Ed Begley, Jr., seorang aktor Hollywood sekaligus pemerhati lingkungan menyampaikan bahwa matahari dan angin adalah dua bentuk energi yang melimpah di yang pemanfaatannya semakin mudah dan murah.

Dengan potensi panas bumi, air, dan angin yang melimpah, Selandia Baru bukan tidak mungkin dalam beberapa dekade ke depan akan mampu menjawab keraguan dunia dan bahkan menghapus mitos bahwa kebutuhan energi tidak akan pernah bisa terlepas dari energi fosil.

Lantas bagaimana dengan Indonesia? Tidak ada salahnya jika kita belajar dan mau meniru Selandia Baru. Apalagi potensi energi matahari, geothermal dan biomass kita lebih besar dibandingkan mereka. Data yang dilansir U.S. Department of Commerce International Trade Administration pada 2010 menyebutkan Indonesia menyimpan sekitar 40 persen dari total cadangan geothermal dunia.

Belum lagi secara lokasi, letak Indonesia bisa dikatakan lebih strategis karena terletak di khatulistiwa yang membuat matahari bersinar sepanjang tahun. Sedangkan Selandia Baru merupakan negara empat musim di mana energi matahari tidak bisa diproduksi setiap hari. Namun kita justru tetap memilih untuk tetap di zona nyaman dengan terus mengimpor minyak dari luar negeri daripada mengembangkan potensi energi alternatif yang tersedia.

Bukankah mempopulerkan kebijakan energi yang berbasis lingkungan dan berivestasi triliunan rupiah untuk membangun infrastruktur energi alternatif akan lebih menguntungkan daripada terus mensubsidi BBM yang nyatanya tak kunjung menyelesaikan masalah?

Jika luasnya negara dijadikan alasan ketidakmampuan untuk mengembangkan energi alternatif, maka sebenarnya kita cukup berfikir untuk menginisiasi satu lokasi yang seluruh kebutuhan energinya dipasok oleh energi alternatif dan nantinya bisa dijadikan daerah percontohan nasional. Apakah masih sulit?

Menurut data dari Perusahaan Listrik Negara yang dipaparkan kepada U.S. Energy Association pada 2010 lalu, dengan potensi yang belum terurus sekitar 96 persen, geothermal menyimpan potensi yang cukup menjanjikan. Belum lagi potensi energi terbaharukan lainnya seperti biomass dan hydropower.

Geothermal atau panas bumi bisa dijadikan pijakan awal untuk mempopulerkan dan mengembangkan energi alternatif di Indonesia. Provinsi Jawa Barat dengan panas bumi Wayang Windu, Kamojang, dan Gunung Salak bisa dijadikan daerah percontohan nasional. Harapannya, energi yang dihasilkan bisa digunakan untuk menyuplai kebutuhan energi di daerah sekitar pembangkit atau bahkan seluruh Jawa Barat. Jika pilot project ini terealisasi, bukan tidak mungkin provinsi atau daerah lainnya akan ikut mengembangkan proyek serupa.

PT Pertamina selaku perusahaan minyak dan gas negara diharapkan untuk tidak ragu melihat peluang emas dan mengembangkan potensi energi terbarukan di Indonesia. Berinvestasi untuk mengembangkan energi alternatif memang mahal dan terkesan spekulatif. Namun saya yakin jika potensi ini mampu diolah secara optimal, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi negara yang mampu lepas dari ketergantungan bahan bakar fosil dan benar – benar siap ketika minyak dan gas benar – benar habis.

Banyaknya data yang telah dipaparkan para peneliti dan pakar di berbagai forum tentang melimpahnya potensi energi alternatif di Indonesia sudah selayaknya dijadikan acuan untuk mengambil kebijakan energi yang berbasis lingkungan hidup oleh pihak - pihak yang terkait, termasuk PT Pertamina.

Apalagi dengan persediaan energi fosil yang semakin menipis dan pertumbuhan konsumsi energi yang terus naik, pengembangan energi alternatif sudah seharusnya dijadikan sebagai fokus selain untuk berhemat, juga mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat eksplorasi dan produksi minyak dan gas di Indonesia. Tata kelola dan pengawasan nantinya perlu diperketat jika bangsa ini berhasil mengembangkan energi terbarukan, sehingga pengelolaan sumber daya alam benar - benar diperuntukkan untuk kesejahteraan rakyat.

Selama manusia masih menghuni bumi, tentu energi akan selalu dibutuhkan. Dengan populasi penduduk dunia yang setiap harinya terus bertambah, mengharapkan permintaan kebutuhan energi untuk turun tampaknya adalah hal yang mustahil. Satu hal yang bangsa dan kita bisa lakukan adalah berhemat dan mulai mempersiapkan energi alternatif untuk masa depan ketika minyak dan gas habis.

28 comments:

goldenboy91 said...

PERTAMAX!!!

WAHID!!!

Wkwkwkw...

Mungkin mau gimana juga bumi nanti akan "hancur" (di sini ane bicara "hancur" berdasarkan sains, bukan dogma agama manapun). Yah, setidaknya yang bisa kita lakukan adalah mencoba memperlambat proses itu.

Di satu sisi, jujur saja ane sayang juga kalo kekayaan bumi tidak dimanfaatkan. I mean, makhluk apalagi yang bisa mengolah fossil fuel menjadi sumber energi? Suatu hari yah fossil fuel akan habis juga.

Lebih sayang lagi kalo misalnya bumi udah hancur duluan dihujani asteroid dan umat manusia pun punah sebelum bisa menghabiskan semua fossil fuel :D

Paling nunggu evolusi lagi deh... :D

Kalau saja fossil fuel nanti habis, ane kira manusia bakal terus memutar otak untuk terus mencari sumber energi lain.

Yang menurut ane paling sayang "terbuang" adalah tenaga panas dan energi kinetik. Ane cukup terkejut mengapa kita gak memanfaatkan itu lebih jauh lagi, setidaknya biar tidak terlalu tergantung sama fossil fuel.

Mobil F1 sich sekarang aja udah pake KERS (Kinetic Energy Recovery System) yang memanfaatkan tenaga panas rem.

Ane pengennya di dunia itu ada program pembagian (ataupun penjualan) semacam generator listrik gitu yang diproduksi massal buat memanfaatkan energi panas matahari.

Well, satu solusi yang ane kira harus lebih ditelaah lagi lebih serius adalah...

Terraforming Mars...

Ane percaya suatu hari nanti manusia bisa hidup dan berkembangbiak di planet lain.

Marilah kita mulai memikirkan rumah baru kita. Secara teori butuh waktu lama buat mengubah kondisi Mars menjadi seperti bumi, maka kita harus mulai dari sekarang-sekarang juga.

Mungkin saja sich Mars dihujani asteroid dalam waktu dekat ini sehingga menjadikan Mars lebih mirip bumi lebih cepat... Mungkin juga manusia nanti juga bakal beradaptasi (dan berevolusi) menjadi makhluk yang bisa hidup dengan sedikit ataupun tanpa oksigen.

Sains memang masih belum bisa menjelaskan sepenuhnya hal-hal seperti dark matter dan dark energy, tapi sains bisa kita "pertanggungjawabkan" langsung oleh semua orang.

Jika seseorang di masa depan membaca tulisan ini dari planet lain...

SALAM DARI PLANET BUMI!


Cep Goldia

Unknown said...

Gw komen gara2 dipaksain buat komen seh.. Wkwkwkwk.. Kidding. Nice article bro..

@iping said...

menarik, kudunya berlanjut.

khalidardhi said...

rodok ga percoyo mas grandika model2 wong sing nulis blog. artikelnya bagus dan berisi. harus lebih baik lagi ke depan biar bisa dimuat di koran. yay

@iping said...

Dika, elu nulis sampe dobel2 itu, cek lagi.
Btw, sudah ngecek berapa kebutuhan Energi di Indonesia per-hari/per-bulan/per-tahun?
Kalo sdh, ntar baru diitung2 dgn potensi energi alternatip kita semuanya.
Yakinlah, ujungnya adalah Nuklir.

yapradica said...

problematika seperti ini seharusnya sudah harus menjadi salah satu prioritas utama dalam list2 masalah Indonesia yang sedang dalam tahap "penyelesaian".

kebergantungan terhadap energi fosil yang kian terbatas, seharusnya sudah bisa mengubah jalan pikiran bagi pihak2 yang terkait dalam hal ini.

kembali lagi kenapa belum ada tindakan yang jelas atau bahkan tidak ada tindakan bagi masalah ini..
terlalu banyak alasan yang mendasari hal2 tersebut.. semisal tenaga ahli dari Indonesia yang dikirim/pergi ke luar negeri untuk membantu menyelesaikan masalah yang ada di negeri tersebut. alhasil negara tersebut bisa lebih berkembang dari Indonesia..

lalu siapa yang akan membenahi masalah energi yang ada di Indonesia jika para ahli tidak diberi fasilitas yang memadai ,kemudian mereka lebih memilih bekerja di negeri orang ?

itulah yang saya rasa menjadi masalah utama mengapa ladang energi alternatif di Indonesia banyak yang belum terjamah.

btw nice article ... (Y)

Unknown said...

A very mature article indeed. I can see that you have done a lot of research before putting up this as a topic.
Indonesia is a very rich land indeed but I do agree that the ecosystem will be disrupted by the power plants but on the other hand, we're also juggling with human source of activities.
Imagine one day we go back to the times where we would live back into the darkness. A whole city in the dark, filled with unusable cars, trains, planes and ships.
"Everything have a price" but that doesn't mean it couldn't be balanced out.
Just one thing I'm afraid of though, it's in human nature to be greedy, once they fall into the greedy nature of humans, the ecosystem will totally be demolished.

Grandika Septia Primadani said...

Cep : Terima kasih udah berkunjung di blog and share your thoughts as well tentang bagaimana nasib bumi kita ke depan.

Sayang banget memang kalo energi yang ada di bumi tidak semuanya dimanfaatkan ya.

Nah, kalo orang-orang di F1 aja udah mikir tentang KERS, coba aja kalo ada segelintir yang juga mau concern gimana kalo energi fosil habis sebelum waktunya. Wah bia jadi kita harus invasi ke Mars buat hidup.

Ane berharap Messi bisa bahasa Indonesia karena banyak orang bilang di alien. Jadi dia bisa nyampein ke temen-temenya. hehe.

SALAM SOBAT BUMI, Gan.

Joko Santoso: Sebagai Green Peace alumni, ga ada salahnya kan buat lebih peduli lagi tentang bumi. haha. Anw, thanks for visiting and dropping off a comment.

@Iping: Lanjut gimana nih? hehe.
Sorry sebelumya ada kesalahan teknis karena ada repitisi paragraf setelah kesimpulan.

Ini sudah dibenahi kok. :)

Kalo ngitung energy yang dibutuhkan semuanya sih belum. Coba nanti gue research lagi untuk pasokan energy yang up to date.

Khalid: Kenapa ga percaya? haha.
Insha Allah aku bakal konsisten nulis setelah ini. Siapa tahu aja nanti bisa jadi professional blogger. Thanks for stopping by ya. :)

Yapradica: Yup, aku yakin kalo kita sebenarnya punya banyak ahli/pakar tentang alternatif energy di dunia yang bertebaran di dunia.

Masalahnya sama, mereka mau engga pulang kampung buat ngurus kebutuhan energi negara yang makin ga jelas ini mau diarahkan kemana?

Semoga mata hati kita bisa terbuka untuk membuat Indonesia selalu tetap tersenyum.

Makasih ya Bro udah mau share juga tentang pendapatmu. much appreciate it.

Kamarul Arifin : Wow! That's such an early rise. I'm so glad you could understand what I've put here since your mother tongue isn't Bahasa.

I can't fix you, buddy. Human and energy are best friends. Once human created, they inevitably need energy.

Unknown said...

Oh no my friend. You've misunderstood me. I do agree that exploitation of newer source of resources such as geothermal, natural gas and oil as it is crucial to us humans.
True. Humans and energy is best friends. Quest for energy has been inside us humans for a long time since we've discovered the usage of fire and then it evolved to electricity, water and oil, thus I'm not concern about the depletion of natural gases since human will eventually find a newer sources of energy. It's true that people are concern of the depletion of natural gas and oil but these to be deplete takes longer time than the depletion of other essential elements such as Helium and other inert gases.
So I don't really worry about gas and oil.
But what I worry most is human and their greed of wealth.
As it is destructive in its very nature.
Both can be balanced out if the resources are exploited bits by bits but if greed came taking over, deforestation of an outstanding rate could possibly be achieved.



I've read about something related to this before last month.
http://www.economist.com/news/business/21567117-foreign-investors-are-getting-nervous-foreigners-beware

Unknown said...

hello Grand ^^

First of all, it a good article. You realize the potentials that Indonesia has; Indonesia's sources to develop green energy as alternative to petroleum and natural gas, besides the advantage of situated at the equator.

However, to change the energy source that we have been rely on for generations is difficult, not to mention the cost to support the R&D. I believe its difficult to convince people to use them as they think petroleum and natural gas are cheaper and more convenient.

But nothing is impossible. Even the cost of solar energy is now 15% of what it was 20 years ago. For the next article, I think you can show us the pros and cons of geothermal energy, and why it should be use as alternative source in Indonesia.

Read this --> http://www.guardian.co.uk/environment/2012/oct/19/saudi-arabia-renewable-energy-oil

Good luck Grand ^^ looking forward for your next writings.

Unknown said...

Ikut nimbrung gan, itulah realita dari negara kita, yg cukup terbilang lucu. Untuk saat ini kelihatannya indonesia masih tetap bertahan dg ketergantungan bhan bakar fosil gan, kebijakan pemerintah terlalu banyak mikir buat riset pengembangan sumber energi alternatif. Semoga saja dalam waktu cepat ada gebrakan baru :-)


Nice mas broooo, selamat berkarya: p

Tjuandha said...

Bener juga yah, gue jadi mikir baca artikel lu Grand. Subsidi BBM dan bikin infrastruktur untuk energi alternative mungkin gak jauh beda, tapi setidaknya energi alternative bisa menjadi solusi untuk mandiri dari ketergantungan energi dari fossil bumi

Grandika Septia Primadani said...

AZWA : Hi Azwa. Good to hear from you. :) Thanks for visiting my blog and giving a nice comment.

The fact is that Indonesian Government have spent million of dollars to subsidize petrol price so people can afford it. Note that the petrol price in Indonesia is one of the cheapest among ASEAN country. Yet, I don't see what they've done to keep the price low is a problem solver for oil and gas demand here.

In my opinion, by the same amount of money, the government could have done better in terms of developing renewable energy.

Quoting Prof. Barnard, renewable energy will never replace fossil fuel in the future, I could see this article might seem to be silly.

But, you've brought up that impossible is nothing. We've learned that major companies have now became energy companies where we could put so much hope on saving the environment, further to develop renewable energy.


KAMARUL: Alright, where to start?

Yes, every person needs a degree of wealth to survive. Like humans, they need energy. Otherwise, they could starve and freeze to death.

Our reliance on oil is an addiction. Since humans and energy are best friends, they may find oil and gas as valuable as money. We can't do much about it.

Thanks for sharing an article from the economist as well. That could be my future reference.


PERMADI: Masya Allah, apa kabar mas Bro? Lama tak bersua. Terima kasih lo udah mau mampir di blog ane dan mau berbagi ide.

Yah memang, banyak sekali PR yang harus dilakukan oleh penguasa. Tapi daripada kita terus berharap, mending kita menjemput bola kan ya.
hehe.

Semoga aja ide' anak muda didengar.


JUANDA: Secara kasar gue ngeliatnya gitu. Uang segitu banyaknya kalo cuman buat ngesubsidi BBM bisa" ya kita ngutang lagi tanpa ada jaminan yang jelas tentang energi di rumah sendiri.

Semoga aja ini bisa bermanfaat buat membangun negeri ya. Gue juga berharap Indonesia bisa mandiri dalam hal memasok energi nantinya.

Walaupun butuh duit banyal, tapi ga ada salahnya mencoba kan ya. hehe

Unknown said...

Yeap, another thing is subsidies. Maybe you need to put it up in the next articles as your argument to counterfeit 'the cost to use alternative energy would be too expansive'. I suggest, for the upcoming writings, provide strong reasons why geothermal or solar is a good choice. Or maybe nuclear energy, but I afraid, Indonesia is situated within the Pacific ring of fire. The possibilites of earthquackes is a threat to humans' life, in terms of it might cause leaks which then leads to another problems, dangerous radiation, though nuclear itslef can provide clean energy. :)

People are addicted to petroleum and natural gas. But before that, before the discovery of oil, we used charcoal. See, humans actually can change, homo sapiens are the greatest survivors on Earth. Adapting might be difficult, but its not impossible.

Anonymous said...

well basically this is a good article but somehow this article is little bit confusing me. It doesn't mean that i don't like it. first, this article is lack of issuing. i suggest if you want to take Indonesia's resources issue, you have to explain first what happen with Indonesia current condition. Then, explain why Indonesian Government and citizen never explore the resources... The last is that give us(reader) a fact.... = like when you do debating...

rianti pratiwi said...

really nice article mas, :D moreover analisis sama chain of logic nya dapet banget, keren ;) keep it up

WanAbhud said...

This is a nice article :D

Sebenarnya, Amerika Serikat sendiri memiliki sumber daya minyak yang juga sangat luas, namun mereka juga cukup pintar untuk bisa memperhitungkan bagaimana caranya ia bisa mempertahankan sumber daya-nya, yakni dengan mengimport minyak dari negara lain . . . sehingga bila memang nantinya (na’udzubillahimindzalik, semoga jangan sampai terjadi) sumber daya minyak dunia habis, Amerika Serikat akan cukup tenang dan siap dengan keadaan tersebut ..

Anonymous said...

saran : tolong kasih solusi yang lebih real mengenai permasalahan yang anda angkat . solusi terkesan masih menggantung ....terima kasih .

Erna Kristiawati said...

hi grand!
maaf ya baru sempet baca,
nice article (y)

saya sangat mendukung penggunaan geothermal di Indonesia, karena keberadaan energi fosil di indonesia ini tidak akan bertahan lama, menurut salah satu guru besar di ITB yang juga salahs atu petinggi di Indonesia, indonesia akan kehabisan sumber energi di tahun 2019 jika pengeksploitasian dan penggunaannya tetap pada kondisi seperti saat ini. selepas 2019, kita akan sepenuhnya mengimpor energi, ironis sekali ya..

nah tapi, geothermal ini juga sudah menjadi proyek pengembangan pemerintah, tapi setahu saya, ada efek/dampak yang membuat pemerintah masih urung untuk mengeksekusi rancangan ini.
cmiiw ya, bukannya ladang geothermal di indonesia sebagian besar berada di daerah hutan konservasi dan pesisir pantai?
hal ini cukup membuat mentri kehutanan bingung, akan tetap mempertahankan eksistensi dan fungsi hutan lindung atau mengubahnya menjadi ladang energi bagi dunia.
posisi yang berada di posisi pesisir pantai juga membuat pemerintah cukup kebingungan untuk mengolahnya :D

hanya sekedar opini, cmiiw ya grand.
sukses ya grand:D

Grandika Septia Primadani said...

AZWA : Again, thank you for your recommendation. In my next writing, I'll write on how geothermal or maybe nuclear power plan may help Indonesia to strengthen their energy security.

You're right. The location of Indonesia could be a bummer if we couldn't tackle down the threat of Pacific Ring of Fire.

For sure we don't want to see another Chernobyl or Fukushima nuclear disaster in modern era.


RAINTEARS01: I'm afraid you'll need to check again though. It seems I've put all your doubts in my writing, yet the problems aren't clear enough. Is that what you mean?

RIANTI PRATIWI : hehe. Thanks for the positive feedback. I didn't realize how beautiful my analysis was. LOL.


WANAHBUD: Semoga Indonesia bis setenang AS ya. In a good way I mean. :)


ANONYMOUS: Terima kasih sarannya. Di kesempatan yang lain coba akan saya berikan saran yang lebih riil.


ERNA KRISTIATI: Ada benarnya kenapa pemerintah mungkin ragu untuk mengembangkan geothermal karena alasan ekosistem.

Tapi kalau kita mau melihat fakta yang ada, sudah berapa ribu hektar hutan kita yang dibabat habis tiap harinya karena kepentingan yang tidak jelas? Misalnya untuk membuka lahan perkebunan, dsb.

Sayang kalau potensi geothermal yang ada tidak dimanfaatkan. Selama eksplorasi dan produksinya dilakukan sesuai prosedur yang ada, tentu ekosistem juga akan terjaga.

CMIIW.
Makasih ya Erna udah mampir ke blog aku dan feedbacknya. :)

Alfian said...

Bagus neh article-nya.. :D

Sebenarnya sih kalo ga salah,unutk masalah geothermal, Indonesia punya potensi yang gede deh, cuman ya itu, dana pengolahan dan orang memang udah terbiasa dengan yang namanya stay di comfort zones, jadi ya mau segede apapun perealisasian buat penggunaan energi geothermal aga susah (baru 8% dari total cadangan yang kita punya).

Yang jelas-jelas ada (geothermal) malahan ga digunain secara optimum,
Eh kita ceritanya skrng malahan ngikut Canada dan America yang coba cari alternatif di Shale Gas ama CBM.
Sbnrnya gapapa sih, tapi ya kita kan musti cocok2in dlu mana sumber daya yang emang cocok ama demographic kita, ga ngasal2 dan asal ngikut2...

Anonymous said...

Mas grand : hm....oyeah... sorry, I mean i dont get the clarity of the case actually....
but, for the second reading, i think u just miss the characterization of Indonesian's incapability to explore the resources....

but, it is really dazzling....

claresta islamey said...

Sebenarnya ketahanan energi ini sudah banyak berkembang dan menjadi topik pembahasan di kalangan eksekutif dan legislatif. Sudah ada pembahasan kebijakan kementerian dan penerapan subsidi yang tidak merusak pasar. Wacana penggunaan sumber energi alternatif pun sedang dipersiapkan negara sejak beberapa tahun yang lalu, yang rencananya menurut kementerian esdm baru akan diselenggarakan tahun 2025. Perlu persiapan, dan maka dari itu tidak bisa seketika tahun ini atau tahun depan dilaksanakan. Misal pemanfaatan energi matahari, perlu panel surya, yang harganya sekarang lebih mahal dibandingkan harga bahan bakar fosil. Masyarakat tidak akan beralih selama harga bahan bakar fosil dan ketersediaan bahan bakar fosil masih jauh lebih baik. Lagipula stigma masyarakat Indonesia yang secara perekenomian sebagian besar masyarakatnya berada di kalangan menengah ke bawah, yang penting murah dan gampang dicari dulu, ketahanan energi dinomorberikutkan karena pemenuhan kebutuhan saja sudah cukup menyita penghasilan. Menurutku itu beberapa perkembangan dan kondisi yang belum tercapture dalam artikel ini.

Tapi overall bagus sih :)

Grandika Septia Primadani said...

CLARESTA ISLAMEY : Makasih feedbacknya ya.

Keadaan sekarang ini memang nampaknya membuat energi alternatif belum begitu populer di masyarakat. Dan bener katamu kalau infrastruktur untuk mengembangkannya tidak murah. Namun, mau tidak mau kita harus bersiap dari sekarang, termasuk memikirkan bagaimana nasib bangsa ini kalau sewaktu-waktu energi fosil tidak bisa dijangkau. Baik dari ketersediaan maupun harga.

Apalagi subsidi bahan bakar dari pemerintah saat ini sangat memanjakan masyarakat. Artinya, kalau tidak diprakarsai, tentu sulit untuk mengubah paradigma masyarakat kalau selamanya kita bisa bergantung pada bahan bakar fosil.

Pemerintah menargetkan pada tahun 2025 Indonesia menjadi salah satu negara yang sudah mampu mengembangkan energi terbaharukan. Semoga dari sekarang kita bisa mulai mempersiapkan sehingga misi itu bukan hanya isapan jempol belaka nantinya.

Oktiva said...

Bagus kak :-D, ditambah gambar lebih bagus lagi hhe :-D

miloel said...

Hai Grand, it's a good article.
Kali ini matahari menjadi sorot pembicaraan. Dari setiap masalah yang dialami seluruh penduduk di bumi tentang pasokan kebutuhan energi pada prinsipnya adalah sederhana, mari mulai memanfaatkan keajaiban sebuah bahan. Salah satunya, dan yang paling banyak digunakan saat ini adalah SILIKON.
Dan tentunya artikel mu mengingatkan ku dengan teknologi "ladang photovoltaic" yang banyak digunakan manfaatnya oleh negara2 besar seperti jepang, amerika, australia, bahkan sesungguhnya banyak daerah terpencil di indonesia yang belum terjamah listrik sudah menggunakan teknologi ini.
Dan kita kembali pada hal yang paling mendasari tentang perilaku efisien adalah kesadaran diri kita terhadap krisis energi...


Di tunggu artikel yang lain,..><

Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.
cermin-pendidikan said...

Amazing graannddd. Saya temen kecilmu semasa smp, yang malu-malu menceritakan siapa dirinya, haha.
Ok, straight to the point, jika menilik dari tulisan lo, mungkin disini lo lebih meng-compare terobosan-terobosan yang dilakukan oleh negara tetangga dengan memadukan data-data yang diterbitkan dari US, dsb.

It's okay, tapi kondisi disana tidak ada yang namanya mafia migas bro, sori nih ya bukannya mau jelek-jelekin PT Pervitamin (Persh. butuh vitamin, wkwkwk), tapi ya emang kondisinya begitu bro.
Jadi misalnya lo nanti suatu saat kerja di Pervitamin, lo bakal tau kok mekanisme kerja disitu kayak gimana.
Oke, itu gue coba ngasih gambaran ke lo bagaimana SDM yang ada di posisi strategis di tanah air kita ini.

Gue kasih contoh kasus lagi ye, kemarenan, sekitar 2-3 tahun lalu, Pervitamin investing some money for nothing in Timteng. Setelah dianalisis, proyek yang cuman beberapa triliun rupiah dibuang gitu aja di laut karena proyek tersebut dinyatakan belom siap.

Jadi ya kalo lo besok bisa jadi petinggi pervitamin mah lo sikat dulu tuh SDM-SDM yang ngaco, mafia is everywhere bro. Jangan rekrut pegawai dari alumni 3 serangkai mafia please, you know lah 3 PTN tersebut, wkwkwk.

Ketika jika dari SDM uda lo benerin nih, Insya Allah kedepan nya akan gampang grand lo merealisasikan tulisan lo ini atau ide-ide lo yang lain.

Yeah, you rock !!! Lanjut terus bro blogging nya...

Assalamualaikum