May 20, 2010

Belajar Hal Kecil dari Community Service

Selain belajar di sekolah menegah atas di Amerika Serikat dan berinteraksi dengan host family atau keluarga angkat selama hampir sepuluh bulan, sebagai siswa pertukaran pelajar saya diharuskan untuk menuntaskan empat puluh jam community service atau bekerja sukarela di komunitas di mana saya tinggal. Community Service Hours adalah salah satu kegiatan yang harus saya  lakukan sebelum kembali ke tanah air di awal bulan Juli nanti.

Jangan salah sangka, yang dimaksud dengan community service bukanlah sebuah kerja paksa. Di Amerika Serikat, hampir seluruh siswa sekolah menengah atas diharuskan untuk berpastisipasi di masyarakat sebagai salah satu persyaratan graduation atau kelulusan. Kegiatan yang kami lakukan bisa apa saja dan tergantung selera. Misal, bagi kami yang gemar berolahraga, menjadi anak gawang di sebuah pertandingan sepak bola bisa dimasukkan sebagai salah satu kegiatan community service.

Yang menjadi perbedaan antara community service dengan tenaga kerja di Amerika Serikat adalah masalah upah/gaji. Kegiatan ini cenderung  bersifat sukarela. Artinya, kegiatan ini murni keinginan dari diri kita untuk ikut berperan di masyarakat. Jadi jangan harap dengan melakukan kegiatan ini kalian akan mendapatkan upah ataupun gaji tiap bulannya. Banyak hal yang bisa dipelajari dari kegiatan community service yang sudah saya lakukan sejak awal bulan Januari. Walaupun terkadang harus susah payah untuk terlibat, pengalaman dan tentunya skill yang saya dapat selama ini akan menjadi bekal berharga.

Yelm hanyalah sebuah kota kecil, di mana tak banyak pilihan untuk melakukan community service. Jika kami tinggal di kota seperti Tacoma atau Seattle, saya yakin banyak sekali kegiatan atau tempat yang membutuhkan tenaga sukarela. Pilihan kegiatannya pun beragam. Karena keterbatasan inilah, tak banyak pilihan yang ditawarkan. Setiap pulang sekolah di hari Jumat, saya pergi ke Yelm Timberland Library , sekitar 15 menit dari Rainier High School. Tugas yang saya kerjakan tiap minggunya beragam, mulai dari menata rak buku hingga menggunting. Kedengarannya memang membosankan, namun saya cukup enjoy dengan apa yang saya lakukan.

Jika ada kesempatan dan kegiatan lain yang lebih menarik, saya tak keberatan untuk pergi ke luar kota. Misalnya, Hari Sabtu, 24 April kemarin, University of Washington , Seattle mengakomodasi saya dan beberapa siswa pertukaran pelajar lainnya untuk berpartisipasi dalam GetGlobalConference. Hasilnya lumayan, tujuh jam community service saya dapatkan. Adapun bonusnya adalah bisa terlibat di dalam konferensi yang bertemakan tentang budaya dan kesenian global. Tentunya secara tak langsung saya juga bisa berteman dengan peserta lainnya. Keesokan harinya, Minggu, 25 April, saya juga terlibat di dalam kegiatan peduli lingkungan di kawasan Bainbridge Island untuk melepas 2500 ikan salmon yang nantinya akan hasilnya di penghujung musim dingin tahun depan.

2 comments:

Dheril said...

hm,, kalau saja ada kegiatan seperti itu di bagian pendidikan negara indonesia pasti bisa menjadi bkal utk terjun k masyarakt nantinya...
bisa dijadikan contoh...
good job!

Grandika Septia Primadani said...

thanks.
semoga aja harapan kamu bisa terwujud.