January 15, 2010

Tahun Baru di Sudut Kota Seattle

Merayakan tahun baru nampaknya sudah menjadi bagian dari budaya di berbagai tempat di seluruh penjuru dunia. Baik di kota besar maupun pelosok seolah-olah tak mau ketinggalanan untuk berlomba-lomba mengadakan perayaan tahun baru. Namun tentunya perbedaan tempat dan budaya member sentuhan tersendiri. Seperti malam tahun baru di Seattle Center kali ini cukup berbeda dengan apa yang biasa saya amati beberapa tahun belakangan ini di Kediri.

Malam tahun baru atau biasa disebut dengan New Years Eve. Tak hanya bagian dari gaya hidup remaja di sini. Tak luput dari pandangan saya baik anak muda maupun orang tua mulai memadati Seattle Center tiga puluh menit sebelum bergantinya tahun.
Saat itu pula saya dan kedua teman saya (Wasis  dan Ardi) mencoba mengamati dan melihat bagaimana mayoritas orang barat merayakan malam  pergantian tahun. Memang suasana di sekitar Space Needle tidak segumuruh suasana di Kediri. Tidak banyak orang yang membawa terompet. Jangan harap pula di sini akan banyak menemukan penjual terompet di tepi jalan. 

Lima belas menit menjelang momen yang dinanti-nanti, Nampak sekeliling Seattle Center atau di Kediri lebih identik dengan alun-alun dipenuhi orang yang ingin melihat parade kembang api. Di sini mereka lebih memilih untuk berjalan kaki beramai-ramai daripada mengendarai mobil untuk berkonvoi.  Maklum di sini penggunaan sepeda motor sangat langka ditemui. Mayoritas mereka menggunakan mobil sebagai sarana transportasi utama.
Beberapa detik menjelang pergantian tahun terdengar hamper semua orang yang memadati Seattle Center mulai menghitung mundur dan parade kembang api selama lebih kurang lima belas menit menghiasi langit Seattle malam itu.
Karena keesokan harinya adalah hari Jumat dan kami memutuskan untuk mengakhiri malam itu sekitar pukul 01.00 dan kembali ke rumah Ardi di Bainbridge Island. Beberapa jam lagi kami memang ingin pergi sholat Jumat di Masjid Idriss yang berjarak sekitar 40 kilometer dari Seattle. Atau sekitar 60 menit perjalanan dengan menggunkan bus dari Seattle menuju Northgate. Sekali lagi memang tak mudah untuk menemukan masjid di Amerika walaupun kita berada di kota besar seperti Seattle.

Pemandangan yang tak biasa saya lihat ketika berjalan dari Seattle Center menuju Pelabuhan ferry. Kami harus menyebrang selat sebelum sampai di rumah Ardi. Di beberapa sudut kota, nampak bar atapun diskotik yang masih menggelar perayaan tahuhn baru. Tentunya tak lengkap jika tidak ada beer atau alcohol sebagai pelengkap pesta. Jadi tak ayal jika saat itu kami melihat banyak orang mabuk di sana.
Itulah beberapa perbedaan yang saya lihat di sini. It’s not right, but it’s also not wrong. It just different. Maksudnya hal tersebut tidak juga benar dan tidak pula salah. Itu hanya perbedaan.

No comments: