Sudah lebih dari tiga hari kabut asap
menyelimuti area kampus Universiti Teknologi Petronas. Walaupun intensitas asap
tidak separah di Singapura atau Johor Baru, namun asap kiriman dari kebakaran
lahan gambut di Riau ini cukup meresahkan warga kampus, terutama mahasiswa.
Kemarin, saya sempat merasakan kesulitan dalam
bernapas walaupun sudah menutup hidung dengan sapu tangan. Ada yang bilang saya mirip maling pas pakai. Tapi mau gimana lagi karena stok masker di klinik, kedai kampus, dan kantor asrama habis. Kadang
tenggorokan juga terasa serak. Selain itu, kabut asap juga menyebabkan rasa
pedih di mata terutama ketika saya sedang naik motor menuju kelas.
Menurunnya kualitas udara di lingkungan kampus
menyebabkan kami sedikit panik. Apalagi hari ini (25/6) indeks pencemaran di Seri
Manjung, 40 km arah timur UTP, sudah terdeteksi di level bahaya atau sekitar 330 PSI (Polutan Standard Indeks).
Tak hanya itu, beberapa mahasiswa yang over reactive, sempat menyuarakan keluhan
di jejaring sosial dan mengajak mahasiswa lainnya untuk tidak pergi ke kelas karena alasan kesehatan.
Asap kiriman kali ini memang cukup mengganggu,
terutama ketika mahasiswa berangkat kuliah. Sebagian besar dari mahasiwa UTP berjalan
kaki ke kelas dan kadang harus berjalan lima belas hingga dua puluh menit menuju
kompleks akademik. Jadi bisa dibayangkan bagaimana rasanya selama itu menghirup
asap.
Walaupun masalah kiriman asap bukan hal baru
bagi Malaysia, kejadian tahun ini bisa dikatakan salah satu yang terburuk
karena di beberapa daerah, seperti Muar, kadar polusi dilaporkan sempat
menembus angka 700 PSI.
Hampir tiap tahun Malaysia dan Singapura
terkena dampak dari kebakaran lahan perkebunan di Indonesia. Mereka yang
mengikuti perkembangan berita, khususnya mahasiwa Malaysia, mengerti kejadian
ini bukan sepenuhnya tanggung jawab Indonesia, melaikan stakeholder perkebunan kelapa sawit yang mayoritas dipegang oleh
perusahaan asing.
Mahasiswa asing yang kurang mengerti, misalnya
dari Turkmenistan, dengan nada bercanda mereka suka menyindir Indonesia untuk
menghentikan eksport asap ke Malaysia. Saya dan teman – teman mahasiswa Indonesia yang lain hanya kasih komen ke mereka membaca berita dan mencari tahu siapa yang sebenarnya membakar lahan
tersebut. Hehe.
Hari ini, harian ternama News Strait Times mengangkat headline “Haze heads north, east”, yang maksudnya asap mengarah ke utara dan
timur. Negeri bagian seperti Perak dan Negeri Sembilan diprediksi masih akan
diselimuti kabut asap. Sedangkan bulletin TV3 mengabarkan bahwa sekolah di Seri
Manjung dan Klang akan diliburkan besok.
Sampai sekarang kegiatan perkuliahan di UTP masih
tetap berjalan seperti biasa dan belum ada tanda kalau perkuliahan akan
ditiadakan. Pihak manajemen kampus sejauh ini hanya menginstruksikan untuk
menunda semua pertandingan olahraga outdoor,
seperti sepak bola dan futsal karena dikhawatirkan akan menggangu kesehatan
mahasiswa.
No comments:
Post a Comment